Competition in this pair is now closed. Source text in English Eroticism has this in common with an addictive drug: that there is a coercive element to its pleasure with which part of us is in complicity, and part not. Thus ever since time began men have been trying to enjoy eroticism without being destroyed by it. Societies, religions can be defined in the way they deal with this conundrum. Polygamy, monogamy with repression, monogamy with affairs, monogamy with prostitutes, serial monogamy. Not to mention individual solutions of great ingenuity, or desperation: Victor Hugo with the door knocked through the wall of his office, to let in a girl each afternoon. Auden's flair for finding call-boys in every town. Picasso who simply refused when wife and mistress demanded he choose between them. Then there is always the hair-shirt of course. But perhaps the thing to remember when you wake up with a life full of fresh paint and tortuous complications is that eroticism wasn't invented for you, nor merely for the survival of the species perhaps, but for a divinity's entertainment. Nothing generates so many opportunities for titillation and schadenfreude as eroticism. Which is why it lies at the centre of so much narrative. How the gods thronged the balconies of heaven to see the consequences of Helen's betrayal! And your friends are watching too. Your antics have put the shine on many a late-night conversation.
On the borders between mythology and history, that wily survivor Odysseus was the first who learnt to trick the gods. And perhaps his smartest trick of all was that of lashing himself to the mast before the Sirens came in earshot. There are those of course who are happy to stand at the railings, even scan the horizon. Otherwise, choose your mast, find the ropes that suit you: sport, workaholism, celibacy with prayerbook and bell... But the kindest and toughest ropes of all are probably to be found in some suburban semi-detached with rowdy children and a woman who never allows the dust to settle for too long.
| The winning entry has been announced in this pair.There were 8 entries submitted in this pair during the submission phase. The winning entry was determined based on finals round voting by peers.
Competition in this pair is now closed. | Ada beberapa persamaan antara erotisme dengan obat yang dapat mengakibatkan kecanduan: bahwa ada unsur paksaan dari kenikmatan di dalamnya dimana ada sebagian dari diri kita yang terlibat dan sebagian lainnya terlepas daripadanya. Oleh karena itulah sejak dahulu kala manusia telah mencoba untuk menikmati erotisme tanpa harus menjadi rusak karenanya. Masyarakat serta agama memiliki caranya sendiri dalam menggambarkan berbagai cara untuk menghadapi dilema seperti ini. Ada poligami, monogami dengan penindasan, monogami dengan perselingkuhan, monogami dengan PSK, monogami kawin cerai. Belum lagi cara manusia melakukan berbagai macam daya upaya dengan kecerdikan akal bulus atau keputusasaan mereka masing-masing ketika menghadapi hal ini: Penyair Victor Hugo yang menyelundupkan seorang wanita setiap sore melalui sebuah pintu khusus yang menembus dinding ruang kantornya. Keahlian penyair Auden untuk mencari PSK pria di setiap kota. Pelukis Picasso yang hanya menolak saat istri dan wanita simpanannya menuntut dirinya untuk memilih salah satu dari mereka. Namun tentu saja ada juga cara-cara lain yang menjengkelkan. Namun satu hal yang harus diingat ketika kita tersadar saat menghadapi kerumitan dan lika-liku kehidupan yang tidak pernah ada habisnya ini adalah bahwa erotisme bukanlah dibuat untuk manusia, erotisme mungkin bukan pula ada demi keberlangsungan daya tahan jenis tertentu, namun demi menghibur para dewa dewi. Tidak ada sesuatu hal yang dapat melahirkan begitu banyak gairah serta kegembiraan di atas penderitaan orang lain sebesar apa yang dapat dibuat oleh erotisme. Itulah sebabnya mengapa erotisme selalu menjadi pusat perhatian dalam berbagai riwayat dari masa ke masa. Bagaimana hiruk pikuknya gerombolan para dewa di balkon surga yang ingin melihat akibat dari pengkhianatan Helen dalam mitos Yunani! Dan teman-teman Anda pun sama tertariknya pada erotisme ini. Lelucon yang Anda buat tentang erotisme selalu menarik perhatian di setiap kesempatan berkumpul dan di saat bercakap-cakap di malam-malam panjang.
Di antara relung batas antara mitologi dan sejarah, hanyalah si penyintas pintar Odysseus yang pertama-tama belajar bagaimana memuslihati para dewa. Dan mungkin muslihat terpandai yang ia miliki adalah saat ia mengikat dirinya ke tiang kapal sebelum nyanyian penuh godaan Siren masuk ke dalam rentang pendengaran. Tentu saja ada juga yang cukup puas memandang erotisme dari dalam batas-batas tertentu, bahkan mencari aman dengan melihatnya dari kilasan kejauhan kaki langit. Jika tidak, pilihlah tiang kapal yang sesuai untuk dirimu bersandar, carilah pembebat yang cocok bagi dirimu: olah raga, kerja keras, tetap membujang dengan berpantang bersetubuh mendekatkan diri pada agama. Namun pengikat yang paling penuh kasih dan paling kokoh dari semuanya itu barangkali ada pada keluarga yang menghuni sebuah rumah kembar di pinggiran kota dengan semua kegaduhan suara anak-anak di dalamnya serta seorang istri yang tidak akan pernah membiarkan rumah menjadi kotor barang sedetik pun. | Entry #4291
Winner Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
14 | 3 x4 | 1 x2 | 0 |
| Erotisme setali tiga uang dengan zat adiktif dalam hal elemen pemaksa kesenangan di mana sebagian dari kita adalah mitra dan yang lainnya bukan. Sejak dahulu kala, manusia berusaha untuk menjadi penikmat erotisme tanpa merusak dirinya. Peradaban dan keyakinan dapat terbentuk dari solusinya mengatasi teka-teki ini yang tercermin pada: poligami, monogami alamiah, monogami penyelewangan, monogami pelacuran, monogami serial. Selain itupun muncul solusi individualis kreatif atau setidaknya solusi keterpaksaan: Victor Hugo dengan ciri khas wujud ketukan di dinding kantornya agar para tamu wanita dapat masuk setiap sore. Kecerdikan Auden saat pencarian "call-boys" di setiap kota. Picasso yang menolak sama sekali ketika ada permintaan sang istri dan si gundik agar Picasso memilih di antara mereka. Dan, tentunya tidak terlupakan penyerahan kepasrahan diri seseorang. Namun mungkin, hal yang perlu diingat saat kita bangun dari tidur penuh kesegaran semarak warna serta kompleksitas lika-liku kehidupan adalah bahwa erotisme mungkin bukan diciptakan untuk kita, ataupun untuk sekedar insting meneruskan hidup, namun, untuk sebuah rekreasi kedewaan. Erotisme membangkitkan begitu banyak stimulan maupun kesenangan ‘schadenfreude’ (penyiksaan diri di atas penderitaan orang lain). Itulah mengapa begitu banyak karya sastra menjadikan erotisme sebagai pusat perhatian. Bagaimana misalnya, dalam mitologi Yunani dewa-dewa berkerumunan menyaksikan konsekuensi pengkhianatan Helen of Troy! Tentunya, teman-teman kita pun turut serta menikmati karya sastra ini. Sikap kita pada erotisme ini memicu begitu banyak polemik diskusi malam hari di antara kita.
Di garis batas antara mitologi dan sejarah, si cerdik Odysseus adalah tokoh yang pertama kali berhasil menipu para dewa. Dan, mungkin puncak kepandaian Odysseus adalah ketika mengikatkan dirinya di tiang kapal sebelum mahluk-mahluk laut Siren muncul memekakkan telinga. Tentunya, ada dari kita semua ini yang cukup senang berada di pinggiran, bahkan hanya melihat dari kejauhan. Bila kita bukan termasuk dari kategori itu, maka pilihlah tiang kapal, dan cari tali pengaman yang cocok dengan diri kita: baik dengan berolahraga, menjadi orang yang gila-kerja, atau membujang seorang diri dengan buku pujian dan bel... Namun, tali pengaman terbaik dan terkuat dari yang ada mungkin ditemui di beberapa rumah sederhana berisi anak-anak ceria dan seorang perempuan yang tak sudi melihat kotoran debu sedikitpun.
| Entry #3946
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
10 | 2 x4 | 1 x2 | 0 |
| Erotisisme memiliki kesamaan ini dengan narkoba: yaitu adanya unsur pemaksaan terhadap kenikmatannya, dengan mana sebagian dari diri kita bersedia terlibat, dan sebagian lagi tidak. Jadi, sejak dimulainya sang waktu, manusia sudah berusaha untuk menikmati erotisisme tanpa perlu dibinasakan olehnya. Pelbagai masyarakat dan agama dapat dijelaskan berdasarkan cara mereka menangani teka-teki ini. Poligami, monogami dengan represi, monogami disertai pelbagai peristiwa penyelewengan, monogami disertai kehadiran pelacur, monogami serial. Belum lagi, jalan keluar pribadi yang sangat cerdik, atau nekat. Victor Hugo dengan pintu rahasia yang dibuat menembus dinding ruang kerjanya, untuk memasukkan seorang gadis setiap siang. Kecende-rungan Auden untuk mencari pemuda-pemuda panggilan di setiap kota. Picasso yang menolak mentah-mentah ketika isteri dan madunya menuntutnya untuk memilih satu di antara mereka. Kemudian, tentu saja, masih ada soal pengorbanan diri. Namun mungkin hal yang perlu Anda ingat ketika Anda terbangun dalam kehidupan yang berlepotan dan komplikasi yang menyiksa; ialah bahwa erotisisme bukan diciptakan untuk Anda, juga bukan sekadar untuk mempertahankan kelestarian spesies manusia, tetapi untuk hiburan para dewa. Tak ada satu halpun yang dapat menghasilkan sedemikian banyak kesempatan untuk membangkitkan gairah dan kesenangan di atas penderitaan orang lain sebagaimana halnya erotisisme. Itulah alasannya mengapa erotisisme menjadi pusat dari sekian banyak kisah. Para dewa asyik berkerumun di balkon kahyangan untuk menyaksikan akibat pengkhianatan Helen! Dan teman-teman Anda juga tengah mengamati. Ulah-tingkah Anda menjadi bumbu dari pelbagai perbincangan larut malam.
Di perbatasan antara mitologi dan sejarah, Odysseus, penyintas cerdik itu, merupakan orang pertama yang belajar mengelabui para dewa. Dan mungkin akal bulusnya yang paling cerdik ialah ketika ia mengikatkan diri pada tiang kapal sebelum para Siren datang memasuki ambang pendengarannya. Tentu saja, ada pihak-pihak yang cukup puas untuk berdiri saja di samping teralis pagar kapal, bahkan mengedarkan pandangan ke kaki langit. Jikalau tidak puas, pilihlah tiang kapal Anda, temukan tali-temali yang cocok bagi Anda: olahraga, kegilaan kerja, kelajangan dengan membiara...Namun, tali terlembut dan terkuat dari semuanya mungkin ditemukan di sebuah gubuk reyot di pinggiran kota dengan anak-anak yang suka bertengkar, dan seorang wanita yang tak pernah membiarkan dirinya terlalu lama kesepian.
| Entry #4613
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
10 | 2 x4 | 1 x2 | 0 |
| Erotisme ada miripnya dengan narkoba: ada unsur ketagihan dalam buaian kesenangan itu yang menjerat sebagian diri kita, walau sisanya enggan. Demikianlah sejak jaman baheula umat manusia berusaha untuk menikmati erotisme sembari menghindari malapetaka. Peradaban maupun agama bisa dipilah berdasarkan cara mereka mengatasi masalah ini. Ada poligami, monogami dengan penindasan, monogami dengan selingkuh, monogami dengan pelacuran, monogami bersambung. Tambah lagi solusi masing-masing individu yang bisa begitu jenius, atau malah nekat: Victor Hugo dengan temboknya yang dibobok supaya seorang gadis bisa mengunjungi tiap sore. Auden dengan bakat mencari pria panggilan di tiap kota. Picasso yang menolak mentah-mentah sewaktu dituntut pilih istri atau wanita simpanan. Jangan lupa juga baju yang terbuat dari rambut kasar untuk menaklukkan godaan. Tapi satu hal yang perlu diingat kalau anda tersadarkan diri di tengah jalan kehidupan yang penuh cat basah lengket dan komplikasi rumit, erotisme bukanlah diciptakan untuk Anda seorang, bukan juga demi kelangsungan hidup spesies kita; melainkan untuk sarana hiburan Sang Pencipta. Erotisme tak ada tandingannya dalam soal menggairahkan sesama dan memberi begitu banyak kesempatan untuk mentertawai kemalangan orang. Tak heran erotisme jadi bahan pangan begitu banyak cerita. Penuh sesak balkon surgawi dijejali kaum dewata penasaran menonton hasil penghianatan Helen! Sobat-sobatmu pun ikut menonton. Tindak-tanduk Anda telah benjadi bintang obrolan tengah malam mereka.
Di perbatasan antara mitos dan sejarah, Odiseus yang cerdik dan pandai menyelamatkan diri adalah orang pertama yang berhasil mengakali para dewa. Dan mungkin muslihatnya yang paling lihai itu waktu dia mengikat tubuhnya sendiri ke tiang layar sebelum Siren-siren mulai terdengar suaranya. Ada juga sih orang yang suka singgah di pagar kapal, sambil sok menerawang cakrawala segala. Namun bagi yang lain, pilihlah tiangmu lalu carilah tali yang cocok: apakah itu olahraga, gila kerja, menjadi orang suci dengan buku doa dan lonceng... Walau akhirnya tali yang paling nyaman dan kuat toh kesampaian juga dalam sebuah rumah di kompleks pinggiran kota yang berisi anak-anak bandel dan seorang wanita yang tak pernah membiarkan debu menumpuk. | Entry #4694
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
8 | 2 x4 | 0 | 0 |
| Inilah kesamaan antara Erotisme dengan obat-obat adiktif: pada kesenangannya terdapat elemen koersif yang sebagian dari diri kita terlibat dengannya, dan sebagian yang lain tidak. Karena itu, semenjak dunia ini ada para lelaki selalu berusaha menikmati erotisme tanpa hancur olehnya. Masyarakat, agama dapat didefinisikan dari caranya menghadapi misteri ini. Poligami, monogami dengan paksaan, monogami dengan perselingkuhan, monogami dengan pelacuran, monogami berangkai. Ini belum termasuk berbagai solusi individu yang sangat orisinal, atau putus asa: Victor Hugo dengan pintu rahasia yang dibuat pada dinding kantornya untuk membawa masuk seorang gadis setiap malam. Bakat yang dimiliki Auden untuk mendapatkan lelaki panggilan di setiap kota. Picasso yang langsung saja menolak ketika istri dan selingkuhannya memintanya untuk memilih di antara mereka. Dan tentu saja selalu ada orang-orang yang berusaha menghukum diri mereka sendiri. Namun mungkin hal yang perlu diingat saat Anda bangun menemui kehidupan yang penuh keceriaan dan masalah-masalah yang rumit adalah bahwa erotisme tidak diciptakan untuk Anda, tidak sekedar untuk keberlangsungan hidup spesies yang ada, tapi untuk hiburan para dewa. Tidak ada yang dapat menciptakan begitu banyak kesempatan untuk rangsangan dan kenikmatan dari penderitaan orang lain selain erotisme. Itulah sebabnya erotisme selalu menjadi fokus dalam begitu banyak narasi. Bagaimana dewa-dewa berdesakan di tepi balkon surga untuk melihat akibat dari pengkhianatan Helen! Dan teman-teman Anda juga menontonnya. Tindakan-tindakan konyol Anda telah banyak menghiasi percakapan-percakapan tengah malam.
Pada batas di antara mitologi dan sejarah, Odysseus, orang yang bertahan hidup dengan kecerdikannya, adalah yang pertama kali menemukan cara untuk mengakali para dewa. Dan mungkin tindakannya yang paling cerdik adalah dengan mengikatkan dirinya pada tiang kapal sebelum para Siren dapat memperdengarkan nyanyiannya. Tentu saja ada juga orang-orang yang cukup senang dengan berdiri di pagar, sekedar untuk menatap cakrawala. Namun jika Anda tidak seperti itu, pilih tiang kapal Anda, cari tali yang paling sesuai dengan Anda: olahraga, kegilaan pada pekerjaan, berselibat dengan buku-buku doa dan lonceng... Namun tali yang paling baik dan paling kuat mungkin adalah dengan berada di suatu daerah pinggiran yang sedikit terpisah dari dunia nyata dengan anak-anak yang berlarian ke sana kemari dan seorang wanita yang tidak pernah kehabisan benda untuk dibersihkan.
| Entry #4526
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
7 | 1 x4 | 0 | 3 x1 |
| Ada kemiripan antara erotisisme dan obat adiktif. Yaitu adanya unsur paksaan dalam menikmatinya yang sebagian merupakan unsur kolaborasi dari kita sendiri dan sebagian tidak. Sehingga sejak dahulu kala manusia telah berupaya untuk menikmati erotisisme tanpa dihancurkan olehnya. Suatu masyarakat atau agama dapat didefinisikan dari bagaimana cara mereka dalam menangani hal rumit ini. Mencari solusi bisa dengan poligami, monogami disertai represi, monogami disertai afair, monogami disertai pelacuran, atau pun dengan melakukan rentetan monogami. Ada juga individu yang mencari solusi dengan cara yang lebih unik lagi melalui ide orisinil yang hebat atau nekat seperti Victor Hugo yang memasukkan seorang wanita setiap siang dengan membuat pintu tembus pada tembok kantornya, atau bakat kemampuan Auden dalam menemukan “pria panggilan” di setiap distrik kota, atau pun Picasso yang dengan polosnya menolak permintaan istri dan gundiknya untuk memilih salah satu dari mereka. Kemudian tentu selalu ada resiko pengorbanan yang harus ditanggung sendiri. Tapi hal yang mungkin ada dalam pikiran ketika bangun tersadar pada kehidupan penuh warna cerah dengan komplikasi yang berbelit-belit adalah bahwa erotisime bukan diciptakan untuk anda, bukan pula diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia belaka, tapi erotisisme adalah mungkin diciptakan untuk hiburan dewa-dewi. Tidak ada yang menghasilkan begitu banyak kesempatan untuk suatu sensasi yang menggairahkan atau suatu sensasi kesenangan melihat penderitaan orang lain selain pada erotisisme. Karena itu unsur erotisisme menjadi pusat pada banyak cerita. Bagaimana cerita tentang dewa-dewa yang memenuhi balkon surga untuk melihat akibat dari pengkhianatan Helen! Dan teman-temanmu juga ikut memperhatikan. Kelakuanmu yang eksentrik bisa jadi menjadi topik istimewa percakapan tengah malam.
Pada celah antara mitos dan sejarah, ada kisah Odysseus yang lihai dalam mengatasi kesulitan dan orang pertama yang mempelajari cara mengecoh dewa-dewa. Dan kemungkinan triknya yang paling cerdas adalah mengikat dirinya pada tiang kapal menghadapi (bahaya rayuan) suara Sirens. Tentu saja ada yang senang untuk mencari (tantangan godaan) bahkan hingga melakukan pencarian ke segenap penjuru. Untuk orang yang tidak suka, silakan pilih tiang kapal serta tali yang sesuai untuk mengikat. Mungkin bisa berupa olahraga, kecanduan kerja, hidup membujang bertahan dari keinginan seks dengan bacaan doa ritual dan lonceng... Tapi mungkin tali pengikat paling ramah dan terkuat dapat ditemukan pada rumah kopel pinggiran kota dengan anak-anak yang gaduh dilengkapi seorang wanita yang tidak pernah membiarkan permasalahan berlarut-larut hingga waktu lama.
(dikutip dari “Eros” esai karangan Tim Parks)
| Entry #4249
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
4 | 0 | 2 x2 | 0 |
|
Erotisisme memiliki hal ini demikian pula obat-obatan adiktif: bahwa terdapat unsur adiktif yang dengannya sebagian dari kita terlibat dan sebagian lagi tidak Dengan demikian, bahkan sejak waktu dimulai manusia berusaha mulai menikmati erotisisme tanpa dihancurkan olehnya. Berbagai masyarakat dan agama dapat dinilai lewat cara mereka menangani masalah ini. Poligami, monogami dengan represi, monogami dengan selingkuh, monogami dengan prostitusi, monogami serial. Belum termasuk solusi-solusi individual dengan kecemasan atau kreativitas yang tinggi: Victor Hugo yang pintu kantornya diketok dan kemudian membiarkan seorang gadis masuk setiap malam. Kebiasaan Auden untuk menemukan para pria panggilan di setiap kota. Picasso yang langsung menolak ketika istri dan gundiknya menuntut dia memilih salah satu di antara mereka. Kemudian tentu saja selalu terdapat dalih. Namun, mungkin hal yang perlu diingat ketika Anda bangun dengan kehidupan yang penuh dengan masalah baru dan keluhan nan menyiksa adalah bahwa erotisisme tidak diciptakan untuk Anda, bukan sekadar bagi kelangsungan bagi begitu banyak spesies mungkin, tetapi juga untuk hiburan keilahian Tak ada hal yang memunculkan begitu banyak kesempatan bagi gairah dan kesenangan dalam melihat kesusahan orang lain (schadenfreude) seperti halnya erotisisme. Mengapa hal tersebut menjadi pusat begitu banyak narasi. Mengapa para dewa berkumpul di balkon-balkon surga untuk melihat berbagai akibat dari pengkhianatan Helen. Teman-teman Anda juga menyaksikannya. Perilaku Anda telah menyemarakkan banyak percakapan larut malam.
Pada perbatasan antara mitologi dan sejarah, Odiseus yang cerdik dan selamat adalah orang pertama yang belajar cara mengelabui para dewa tersebut. Mungkin kiatnya yang paling cerdas adalah mengikatkan dirinya sendiri tiang sebelum Siren datang. Tentu ada orang-orang yang senang berdiri di dekat pagar, bahkan menatap ufuk. Jika tidak, pililhlah tiang pengikatnya, temukan tali yang cocok dengan diri Anda, olahraga, workaholisme, selibat dengan buku doa dan lonceng. Namun, pengikat yang paling ramah dan kuat mungkin ditemukan dalam suatu kota yang separuh terisolasi dengan anak-anak yang tak terkendali dan seorang wanita yang tak pernah membiarkan debu menetap terlalu lama.
| Entry #4501
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
2 | 0 | 1 x2 | 0 |
| Erotisme mempunyai unsur yang sama dengan obat-obatan: yakni adanya sedikit unsur tekanan dalam kenikmatannya, dimana bahwa sebagian dari naluri kita mengatakan bahwa kita melakukan hal terlarang, dan bagian lain berkata lain. Maka dari itu, sejak kurun waktu dimulai, manusia telah mencoba untuk menikmati erotisme tanpa dirusak olehnya. Masyarakat dan agama dapat didefinisikan sebagai cara dan solusi untuk menghadapi teka-teki ini. Poligami, monogami tanpa represi, monogami dengan unsur perselingkuhan, monogami dengan unsur prostitusi, monogami secara bersambung. Tidak terkecuali solusi-solusi yang cerdas maupun yang didasari kenekatan belaka: Victor Hugo dengan pintu yang terselubung dibalik tembok, memasukkan seorang gadis tiap siang hari. Bakat Auden untuk mencari pria panggilan disetiap kota. Picasso yang secara tegas menolak untuk memilih diantara istri atau gundiknya ketika mereka memintanya untuk memilih salah satu. Kemudian juga ada kasus dari rambut yang melekat dibaju. Namun, satu hal yang anda bakal ingat adalah ketika anda bangun dengan hidup penuh cat warna dan segala lika-liku komplikasinya yakni bahwa erotisme bukan diciptakan untuk anda, atau semata-mata karena proses untuk bertahan hidup dari suatu spesies, namun untuk hiburan dewa pencipta. Tidak ada hal lain yang dapat menghasilkan entusiasme dan kesenangan atas kesalahan orang lain selain dari erotisme. Dapat kita saksikan bagaimana dewa-dewi dilangit berjejal di balkoni surga untuk menyaksikan perzinahan Helen! Dan teman-teman anda juga melihatnya. Kebodohanmu juga tersirap dari percakapan-percakapan tengah malam macam itu.
Diperbatasan antara mitos dan sejarah, si cerdas Odysseus adalah yang pertama yang berhasil mengakali dewa-dewi. Dan mungkin, hal yang paling cerdik yang pernah dilakukan adalah mengikatkan dirinya ditiang sebelum orang Siren datang. Ada orang-orang lain yang cukup bahagia untuk berpegangan diselusur, dan menyaksikan horison. Namun dari pada itu, pilihlah "tiangmu", temukan pegangan yang sesuai dengan dirimu: olahraga, gila kerja, pebujangan dengan buku-buku doa dan lonceng...Namun jerat yang termurah hati dan yang terkuat dari semua itu ditemukan dalam kota kecil yang berisi anak-anak kecil yang gaduh beserta dengan seorang wanita yang tidak akan pernah membiarkan seberkas debu menempel terlalu lama. | Entry #4789
Voting points | 1st | 2nd | 3rd |
---|
1 | 0 | 0 | 1 x1 |
| | | | | X Sign in to your ProZ.com account... | | | | | | ProZ.com translation contestsProZ.com translation contests offer a fun way to take a break from your normal routine while testing and honing your skills with fellow translators.
ProZ.com Translation Contests. Patent pending. |